WAKTU
!doctype>
Selasa, 16 Oktober 2012
filsafat sebagai ilmu kritis
FILSAFAT SEBAGAI ILMU KRITIS
oleh: Ach Dhofir Zuhry
“...Setiap wadah (tempat) akan menjadi sempit
jika diisi sesuatu, kecuali wadahnya ilmu (akal).
Akal justru bertambah luas sebanyak apapun diisi ilmu...”
Ali bin Abi Thalib (w. 40 H/661 M)
I. Asal Kata dan Istilah
Istilah ”filsafat” itu berasal dari kata ”philosophia”. Menurut Ibnu Nadim (w. 380 H/985 M), mengutip keterangan Plutarch (± 100 M), istilah ini mula-mula digunakan oleh Phytagoras (572-497 SM) , yang kemudian diarabkan menjadi al-falsafah oleh salah seorang aktivis Bayt al-Hikmah, Yahya bin al-Baitriq (w. 200 H/815 M), penerjemah buku Timeaus, karya Plato. Sebab, kata philosophy (Arab: falsafah) itu ada di dalam buku tersebut. Hanya saja, bukti yang paling otentik penggunaan istilah tersebut ditemukan dalam Kitab al-Falsafah al-Ulâ fî mâ dûna ath-Thabi‘iyyah wa at-Tawhîd, karya al-Kindi . Philosophia itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu philo artinya cinta; atau philia berarti persahabatan dan sophia berarti hikmah (wisdom), kebaikan, pengetahuan dan intelegensia.
Menurut asy-Syahristani (w. 548 H/1153 M), philosophia berarti mahabbah al-hikmah (cinta pada kebijaksanaan), dan orangnya (faylasuf) disebut muhibb al-hikmah (orang yang cinta kebijaksanaan) . Secara khusus, hikmah ini kemudian dibagi menjadi dua: qawliyyah (intelektual) dan ‘amaliyyah (praktis). Itulah kenapa kebahagiaan (happiness) yang dikehendaki oleh filosof adalah substansi atau hakikatnya. Sebagaimana dikatakan oleh ustadz Aristoteles: virtuous activity is identical with happiness (melakukan kebaikan adalah identik dengan kebahagiaan). Kebahagiaan itu sendiri hanya bisa diraih melalui kebijaksanaan baik dengan mengetahui kebenaran maupun melaksanakan kebaikan. Bahkan puncak manusia paripurna (insan kamil) adalah manusia yang bijaksana. Menurut Al-Kindi filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat sesuatu sesuai dengan kemampuan manusia. Al-Farabi menyebutnya sebagai pengetahuan tentang eksistensi . Dengan demikian filsafat bukan merupakan pengetahuan an sich, tetapi juga merupakan ”pisau analisa” dan cara pandang yang luas (weltanschauung) tentang berbagai hal, baik yang bersifat teoretis maupun praktis. Filsafat adalah intisari kearifan dari semua aspek kehidupan. Secara teoretis, filsafat menawarkan tentang apa itu kebenaran (al-haq) dan secara praktis, filsafat menawarkan tentang apa itu kebaikan (al-khayr). Dari dua spektrum inilah kemudian filsafat meluas dan berkembang ke berbagai wilayah kehidupan manusia, sekaligus memberikan tawaran-tawaran solutif dari berbagai problematika hidup sampai dewasa ini.
II. Filsafat versus Kitab Suci
Filsafat sejatinya tidak pernah bertentangan dengan Kitab Suci. Agar lebih mudah, marilah obrolan ini kita asosiasikan dalam simbol. Filsafat kita simbolkan dengan ”akal” atau nalar dan kitab suci kita simbolkan dengan ”wahyu”. Dengan demikian, tidak mungkin wahyu bertentangan dengan akal budi manusia, sebab Al-Qur’an sendiri sangat logis dan relevan dengan segala kondisi zaman. Pandangan sementara orang bahwa agama (Islam) melarang umatnya mempelajari filsafat didasarkan pada pandangan yang sempit dan sinieme yang tidak beralasan. Islam sejatinya sangat luas, hanya saja pemahaman dan tafsir manusia sendirilah yang membuatnya sempit, eksklusif, dogmatis dan terkesan membelenggu.
Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang multi-interpretatif. Dengan kata lain, semakin beragam tafsir yang dikembangkan manusia, semakin luaslah makna dan nilai-nilai Al-Qur’an. Maka, filsafat dan segala bentuk hasil pemikiran akal budi manusia tidak mungkin bertentangan dengan agama. Iman dan akidah pun harus dirasionalisasi, dari proses rasionalisasi yang benar itulah akan lahir keimanan yang utuh dan berkualitas. Dengan demikian, filsafat dalam ajaran semua agama monoteis tidak dilarang. Nah, bagaimana dengan pandangan, paham atau aliran yang menyesatkan semacam materialisme, ateisme, kapitalisme dan isme-isme sesat lainnya?
Kata filsafat tidak satupun ditemukan dalam Al-Qur’an, karena filsafat itu sendiri—sebagaimana disebutkan di atas—bukan bahasa Arab, melainkan kata Yunani yang diarabkan. Filsafat akan kita dapati dalam Al-Qur’an dengan kata ”al-hikmah” (kebijaksanaan, wisdom). Kata hikmah ini sesunggunya lebih pas sebagai padanan kata philosophia (philosophy: Inggris). Kata hikmah atau filsafat dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak (+) 39 kali, misalnya dalam surat: an-Nahl:125, al-Qahsas:14, Shad:20, al-An’am:38, Ali Imran: 48,58,79,164, Yusuf: 22, Yunus: 1&5, Al-An’am: 84, Yasin: 2, Az-Zukhruf: 4, An-Nisa’: 54,113, asy-Syu’ara’:83 dll. Kita ambil dua ayat saja: Yasin ayat 2 menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang penuh falsafah (kebijaksanaan), bahkan dalam surat an-Nahl ayat 125 disebutkan bahwa prinsip dan strategi dakwah yang paling utama adalah filsafat, dan masih puluhan contoh lagi dalam Al-Qur’an. Jelaslah bahwa filsafat dan Kitab Suci (agama) tidak bertentangan, sebab keduanya menawarkan kebenaran (al-haq) dan kebaikan (al-khayr). Ini seperti pandangan Ibnu Rusyd (1126-1217 M). Logika sederhananya, orang (Islam) yang tidak mau berfilsafat atau bahkan mengharamkan filsafat adalah orang yang tidak pernah mengkaji Kitab Suci sampai tuntas.
III. Ilmu Kritis
Pendapat sementara orang, belajar filsafat hanya akan menjebak manusia pada kemalasan dan ketidakwarasan moral. Artinya semakin jauh belajar filsafat, manusia semakin tenggelam dalam jurang prasangka dan asyik berfilsafat dengan diri dan egonya sendiri. Ini jelas bukan pendapat orang kritis, melainkan hanya isapan jempol tukang gosip yang sedang cemburu. Sebab kritis itu prinsipnya mencari kebenaran, bukan pembenaran subyektif dengan cara menyalahkan orang/pihak lain. Perlu Anda ketahui bahwa isi kepala seseorang yang iri cuma dua, yakni: gosip (ghibah) dan justifikasi yang salah (fitnah).
Kritis adalah sikap mental dan emosi yang tidak gampang percaya, cenderung memberikan pertimbangan dan berusaha menganalisa tentang baik-buruknya sesuatu . Orang yang kritis tidak serampangan menyalahkan dan membenarkan sesuatu, semua diselidiki dan diteliti terlebih dahulu. Sikap kritis ini pula yang menjadi ”senjata pamungkas” bagi semua ilmuwan dalam proses kreatif dan akademisnya, tak terkecuali para filsuf. Filsafat itu sendiri—yang konon induk segala ilmu—adalah ilmu kritis. Ini didasarkan pada penemuan para filsuf dan karya-karya mereka yang sangat kritis menganalisa dan mengembangkan satu pemikiran, baik di bidang sains, sosial, ekonomi, hukum, sastra, sejarah dan tata negara. Pada masa keemasan Islam (dinasti Abbasiyah) misalnya, setelah jatuhnya Romawi, pusat pendidikan berpindah ke Asia, yakni melalui lembaga panelitian dan penerjermahan Bayt al-Hikmah di Baghdad. Dari lembaga ini khazanah pengetahuan Yunani diterjemahkan, dikritisi dan dianalisa, dikomentari untuk kemudian dikembangkan dan pada akhirnya dilampaui . Pendek kata, modal utama dalam berfilsafat adalah kritis, titik. Berikutnya sikap kritis itu dikawinkan dengan penguasaan bahasa dan logika yang baik dan sistematis. Dari sikap kritis inilah segala bentuk pengetahuan dimungkinkan berkembang seluas-luasnya. Selebihnya sikap kritis ini akan membawa manusia tidak cepat puas dan takjub, sikap kritis adalah cambuk bagi kemalasan, sebab dari sikap kritis inilah semangat lahir dan berkobar.
Sejarah mereportase dan membuktikan bahwa tidak ada satu penemuan dan pencapaian pun yang tidak diberangkatkan dari sikap kritis, apalagi filsafat. Jelaslah, bahwa filsafat adalah embrio segala ilmu. Jika demikian, apabila Anda kritis terhadap segala hal, berarti Anda telah menjadi seorang filsuf. Selamat! Allahu yuwaffiquna ila sabilil anbiya’ wal-mursalin.
Jumat, 06 Juli 2012
filsafat, ilmu ,epistimologi
MAKALAH
EPISTEMOLOGI AL BURHANI
Dosen Pengampuh :
H. Aunur rofiq,Lc, M.ag,. ph.D

Rabu, 04 Juli 2012
Aku seorang Guru {amin moga-moga kesampaian}
Aku seorang guru.
Lihatlah...seharian, aku telah diminta menjadi seorang aktor, teman, penemu barang hilang, psikologi, pengganti orang tua, penasihat, hakim, pengarah, motivator, dan pembimbing ruhani murid-muridku..
Meski tersedia peta, grafik, formula, kata kerja, cerita dan buku. Aku sebenarnya tidak punya apa-apa untuk diajarkan, karena murid-muridku sebenarnya hanya mempunyai diri mereka sendiri untuk belajar,
Aku sebuah paradoks. Aku paling keras berbicara dan aku paling banyak mendengar. Karunia terbesarku terdapat dalam apa yang bersedia aku terima dari murid-muridku dengan sikap menghargai.
Kekayaan materi bukanlah salah satu tujuanku, tapi aku seorang pencari harta karun, yang selalu mencari peluang baru bagi murid-muridku—peluang untuk menggunakan bakat-bakat mereka –dan yang selalu mencari bakat-bakat yang kadang tersembunyi dbalik sikap menyerah.
Dulu..aku bercita menjadi seorang dokter…namun sekarang dengan aku menjadi seorang guru, aku marasa bahwa akulah yang paling beruntung diantara semua pekerja.
Karena seorang dokter diijinkan untuk mengantarkan kehidupan dunia dalam satu saat ajaib. Aku diijinkan melihat kehidupan itu dilahirkan kembali setiap hari dengan pertanyaan baru, gagasan baru dan persahabatan baru dari semua muridku
Ketika seorang arsitek tahu bahwa jika ia membangun dengan teliti, bangunannya mungkin akan berdiri berabad-abad. Namun seorang guru tahu bahwa jika ia membangun dengan cinta dan kebenaran, apa yang ia bangun akan abadi.
Aku tidak membutuhkan tempat rekreasi atau hiburan untuk meredakan rasa sedih yang terkadang datang bersama masalah-masalah, karena disini ketika didepan gerbang sekolahku, semua itu akan larut bersama senyuman, ketulusan dan cinta tulus murid-muridku yang terpancar dari mata, senyuman, harapan dan sambutan hangat mereka setiap pagi...
Aku seorang pejuang, setiap hari bertempur melawan sikap negatif, rasa takut, cara berpikir seragam, prasangka, kebodohan dan kelesuan. Tapi aku mempunyai sekutu-sekutu hebat : kecerdasan, rasa ingin tahu, dukungan orang tua, kreatifitas, cinta, tawa—semua bergegas menghampiriku dengan dukungan luar biasa.
Kepada siapa lagi aku berterimakasih atas hidup indah yang begitu beruntung bisa kujalani ini selain kepada kalian ; masyarakat dan para orang tua. Karena kalian telah memberiku kehormatan besar dengan mempercayaiku untuk mendidik sumbangan terbesar kalian bagi keabadian –anak-anak kalian.
Dan demikian aku mempunyai sebuah masa depan yang menantang, penuh petualangan dan yang menyenangkan karena aku diijinkan melewati hari-hariku dengan masa depan.
Kubuka mata dipagi hari, aku ingat bahwa hari ini aku akan bertemu dengan banyak kebahagiaan dengan murid-muridku … ya aku seorang guru … dan untuk itu aku bersyukur pada Allah setiap pagi ... setiap hari.
Aku menyentuh masa depan… karenanya aku menjadi guru ! (NS)
* Diadaptasi dari John Wayne Schlatter dalam Chicken Soup For Teacher Soul
Lihatlah...seharian, aku telah diminta menjadi seorang aktor, teman, penemu barang hilang, psikologi, pengganti orang tua, penasihat, hakim, pengarah, motivator, dan pembimbing ruhani murid-muridku..
Meski tersedia peta, grafik, formula, kata kerja, cerita dan buku. Aku sebenarnya tidak punya apa-apa untuk diajarkan, karena murid-muridku sebenarnya hanya mempunyai diri mereka sendiri untuk belajar,
Aku sebuah paradoks. Aku paling keras berbicara dan aku paling banyak mendengar. Karunia terbesarku terdapat dalam apa yang bersedia aku terima dari murid-muridku dengan sikap menghargai.
Kekayaan materi bukanlah salah satu tujuanku, tapi aku seorang pencari harta karun, yang selalu mencari peluang baru bagi murid-muridku—peluang untuk menggunakan bakat-bakat mereka –dan yang selalu mencari bakat-bakat yang kadang tersembunyi dbalik sikap menyerah.
Dulu..aku bercita menjadi seorang dokter…namun sekarang dengan aku menjadi seorang guru, aku marasa bahwa akulah yang paling beruntung diantara semua pekerja.
Karena seorang dokter diijinkan untuk mengantarkan kehidupan dunia dalam satu saat ajaib. Aku diijinkan melihat kehidupan itu dilahirkan kembali setiap hari dengan pertanyaan baru, gagasan baru dan persahabatan baru dari semua muridku
Ketika seorang arsitek tahu bahwa jika ia membangun dengan teliti, bangunannya mungkin akan berdiri berabad-abad. Namun seorang guru tahu bahwa jika ia membangun dengan cinta dan kebenaran, apa yang ia bangun akan abadi.
Aku tidak membutuhkan tempat rekreasi atau hiburan untuk meredakan rasa sedih yang terkadang datang bersama masalah-masalah, karena disini ketika didepan gerbang sekolahku, semua itu akan larut bersama senyuman, ketulusan dan cinta tulus murid-muridku yang terpancar dari mata, senyuman, harapan dan sambutan hangat mereka setiap pagi...
Aku seorang pejuang, setiap hari bertempur melawan sikap negatif, rasa takut, cara berpikir seragam, prasangka, kebodohan dan kelesuan. Tapi aku mempunyai sekutu-sekutu hebat : kecerdasan, rasa ingin tahu, dukungan orang tua, kreatifitas, cinta, tawa—semua bergegas menghampiriku dengan dukungan luar biasa.
Kepada siapa lagi aku berterimakasih atas hidup indah yang begitu beruntung bisa kujalani ini selain kepada kalian ; masyarakat dan para orang tua. Karena kalian telah memberiku kehormatan besar dengan mempercayaiku untuk mendidik sumbangan terbesar kalian bagi keabadian –anak-anak kalian.
Dan demikian aku mempunyai sebuah masa depan yang menantang, penuh petualangan dan yang menyenangkan karena aku diijinkan melewati hari-hariku dengan masa depan.
Kubuka mata dipagi hari, aku ingat bahwa hari ini aku akan bertemu dengan banyak kebahagiaan dengan murid-muridku … ya aku seorang guru … dan untuk itu aku bersyukur pada Allah setiap pagi ... setiap hari.
Aku menyentuh masa depan… karenanya aku menjadi guru ! (NS)
* Diadaptasi dari John Wayne Schlatter dalam Chicken Soup For Teacher Soul
Seorang Guru
Menggandeng tangan
Membuka pikiran
Menyentuh hati
Membentuk masa depan
NN
Source : http://sditalibrah.multiply.com
artikel kenakalan remaja,peran orang tua,Guru dan lingkungan
Sebenarnya menjaga sikap dan tindak tanduk positif itu tidak hanya tanggung jawab para guru dan keluarganya, tetapi semua orang, Guru yang selalu mengusahakan keluarganya menjadi garda terdepan dalam memberikan pendidikan dengan sebuah contoh, adalah cerminan komitmen dan pendalaman makna dari seorang guru. Sang guru harus berusaha agar keluarganya baik dan tidak korupsi agar ia dapat mengajari kepada murid-muridnya yang merupakan remaja generasi penerus bangsa memiliki moral dan ahlak baik dan tidak korupsi, berusaha tidak berbohong agar murid-muridnya sebagai remaja yang baik tidak menjadi pendusta, tidak terjaebak dalam kenakalan remaja.
Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta memiliki posisi yang sangat luhur di masyarakat. Semua orang pasti akan membenarkan pernyataan ini jika mengerti sejauh mana peran dan tanggung jawab seorang guru . Sejak saya baru berusia 6 tahun hingga dewasa, orang tua saya yang merupakan seorang guru, selalu memberikan instruksi yang mengingatkan kami para anak-anaknya adalah anak seorang guru yang harus selalu menjaga tingkah laku agar selalu baik dan jangan sampai melakukan sebuah kesalahan . Seberat itukah, seharus itukah kami bertindak Lantas apa hubungan profesi orang tua dengan dengan anak-anaknya, apakah hanya anak seorang guru yang harus demikian ?.
Peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari.
Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang sempurna yang di tuntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah dalam bertutur kata itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari para remaja. Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh sang murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para remaja yang lain tentang pembenaran kesalahan yang sedang ia lakukan, dan ini dapat menjadi satu penyebab, alasan mengapa terjadi kenakalan remaja.
Sepertinya filosofi sang guru ini layak untuk di jadikan filosofi hidup, karena hampir setiap orang akan menjadi seorang ayah dan ibu yang notabenenya merupakan guru yang terdekat bagi anak-anak penerus bangsa ini. Akan sulit bagi seorang ayah untuk melarang anak remajanya untuk tidak merokok jika seorang ayahnya adalah perokok. Akan sulit bagi seorang ibu untuk mengajari anak-anak remaja untuk selalu jujur, jika dirumah sang ibu selalu berdusta kepada ayah dan lingkungannya, atau sebaliknya. jadi bagaimana mungkin orang tua melarang remaja untuk tidak nakal sementara mereka sendiri nakal?
Suatu siang saya agak miris melihat seorang remaja SMP sedang asik mengisap sebatang rokok bersama adik kelasnya yang masih di SD, itu terlihat dari seragam yang dikenakan dan usianya memang terbilang masih remaja. Siapa yang harus disalahkan dalam kasus ini. Apakah sianak remaja tersebut, sepertinya tidak adil kalau kita hanya menyalahkan si anak remaja itu saja, anak itu terlahir bagaikan selembar kertas yang masih putih, mau jadi seperti apa kelak di hari tuanya tergantung dengan tinta dan menulis apa pada selembar kertas putih itu . Orang pertama yang patut disalahkan mungkin adalah guru, baik guru yang ada di rumah ( orang tua ), di sekolah ( guru), atau pun lingkungannya hingga secara tanpa disadari mencetak para remaja tersebut untuk melakukan perbuatan yang dapat digolongkan ke dalam kenakalan remaja.
Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si anak remaja kedalam kenakalan remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang benar, bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang sholeh sedangkan orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan, ke masjid misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang remaja mencontoh pola kenakalan para orang tua
Tidak mudah memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan para remaja sebagai generasi penerus yang berkualitas.
Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi saja, tetapi adalah bagian hidup dan idialisme seorang guru memang harus dijunjung setinggi-tingginya. Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh apapun termasuk uang. Namun guru adalah manusia, sekuat-kuatnya manusia bertahan dia tetaplah manusia, jika terpaan cobaan itu terlalu kuat manusia juga dapat melakukan kesalahan.
Akhir akhir ini ada berita di media masa yang sangat meruntuhkan citra sang guru adalah berita tentang pencabulan Oknum guru terhadap anak didiknya. Kalau pepatah mengatakan guru kencing bediri murid kencing berlari itu benar, berarti satu orang guru melakukan itu berapa orang murid yang lebih parah dari itu, hingga akhirnya menciptakan pola kenakalan remaja yang sangat tidak ingin kita harapkan.
Gejala-gejala ini telah menunjukan kebenarannya. Kita ambil saja kasus siswa remaja mesum yang dilakukan oleh para remaja belia seperti misalnya kasus-kasus di remaja mesum di taman sari Pangkalpinang ibukota provinsi Bangka Belitung, lokasi remaja pacaran di bukit dealova pangkalpinang, dan remaja Ayam kampus yang mulai marak di tambah lagi foto-foto syur remaja SMP jebus, ini menunjukkan bahwa pepatah itu menujukkan kebenarannya.
Kerja team yang terdiri dari orang tua (sebagai guru dirumah), Guru di sekolah, dan Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para remaja bermain dan belajar) harus di bentuk. diawali dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan yang intensif antara keduanya akan saling memberikan informasi yang sangat mendukung bagi pendidikan para remaja. Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan menganggap para remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja.
terlihat betapa peran orang tua sangat memegang peranan penting dalam membentuk pola perilaku para remaja, setelah semua informasi tentang pertumbuhan anaknya di dapat, orang tuapun harus pandai mengelola informasi itu dengan benar.
Terlepas dari baik buruknya seorang guru nampaknya filosofi seorang guru dapat dijadikan pegangan bagi kita semua terutama bagi para orang tua untuk menangkal kenakalan remaja, mari kita bersama-sama untuk menjadi guru bagi anak-anak dan para remaja kita para remaja belia, dengan selalu memberi contoh kebenaran dan memberi dorongan untuk berbuat kebenaran. Sang guru bagi para remaja adalah Orang tua, guru sekolah dan lingkungan tempat ia di besarkan. Seandainya sang guru dapat memberi teladan yang baik mudah-mudahan generasi remaja kita akan ada di jalan yang benar dan selamat dari budaya "kenakalan remaja" yang merusak kehidupan dan masa depan para remaja, semoga.
Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta memiliki posisi yang sangat luhur di masyarakat. Semua orang pasti akan membenarkan pernyataan ini jika mengerti sejauh mana peran dan tanggung jawab seorang guru . Sejak saya baru berusia 6 tahun hingga dewasa, orang tua saya yang merupakan seorang guru, selalu memberikan instruksi yang mengingatkan kami para anak-anaknya adalah anak seorang guru yang harus selalu menjaga tingkah laku agar selalu baik dan jangan sampai melakukan sebuah kesalahan . Seberat itukah, seharus itukah kami bertindak Lantas apa hubungan profesi orang tua dengan dengan anak-anaknya, apakah hanya anak seorang guru yang harus demikian ?.
Peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari.
Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang sempurna yang di tuntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah dalam bertutur kata itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari para remaja. Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh sang murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para remaja yang lain tentang pembenaran kesalahan yang sedang ia lakukan, dan ini dapat menjadi satu penyebab, alasan mengapa terjadi kenakalan remaja.
Sepertinya filosofi sang guru ini layak untuk di jadikan filosofi hidup, karena hampir setiap orang akan menjadi seorang ayah dan ibu yang notabenenya merupakan guru yang terdekat bagi anak-anak penerus bangsa ini. Akan sulit bagi seorang ayah untuk melarang anak remajanya untuk tidak merokok jika seorang ayahnya adalah perokok. Akan sulit bagi seorang ibu untuk mengajari anak-anak remaja untuk selalu jujur, jika dirumah sang ibu selalu berdusta kepada ayah dan lingkungannya, atau sebaliknya. jadi bagaimana mungkin orang tua melarang remaja untuk tidak nakal sementara mereka sendiri nakal?
Suatu siang saya agak miris melihat seorang remaja SMP sedang asik mengisap sebatang rokok bersama adik kelasnya yang masih di SD, itu terlihat dari seragam yang dikenakan dan usianya memang terbilang masih remaja. Siapa yang harus disalahkan dalam kasus ini. Apakah sianak remaja tersebut, sepertinya tidak adil kalau kita hanya menyalahkan si anak remaja itu saja, anak itu terlahir bagaikan selembar kertas yang masih putih, mau jadi seperti apa kelak di hari tuanya tergantung dengan tinta dan menulis apa pada selembar kertas putih itu . Orang pertama yang patut disalahkan mungkin adalah guru, baik guru yang ada di rumah ( orang tua ), di sekolah ( guru), atau pun lingkungannya hingga secara tanpa disadari mencetak para remaja tersebut untuk melakukan perbuatan yang dapat digolongkan ke dalam kenakalan remaja.
Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si anak remaja kedalam kenakalan remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang benar, bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang sholeh sedangkan orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan, ke masjid misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang remaja mencontoh pola kenakalan para orang tua
Tidak mudah memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan para remaja sebagai generasi penerus yang berkualitas.
Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi saja, tetapi adalah bagian hidup dan idialisme seorang guru memang harus dijunjung setinggi-tingginya. Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh apapun termasuk uang. Namun guru adalah manusia, sekuat-kuatnya manusia bertahan dia tetaplah manusia, jika terpaan cobaan itu terlalu kuat manusia juga dapat melakukan kesalahan.
Akhir akhir ini ada berita di media masa yang sangat meruntuhkan citra sang guru adalah berita tentang pencabulan Oknum guru terhadap anak didiknya. Kalau pepatah mengatakan guru kencing bediri murid kencing berlari itu benar, berarti satu orang guru melakukan itu berapa orang murid yang lebih parah dari itu, hingga akhirnya menciptakan pola kenakalan remaja yang sangat tidak ingin kita harapkan.
Gejala-gejala ini telah menunjukan kebenarannya. Kita ambil saja kasus siswa remaja mesum yang dilakukan oleh para remaja belia seperti misalnya kasus-kasus di remaja mesum di taman sari Pangkalpinang ibukota provinsi Bangka Belitung, lokasi remaja pacaran di bukit dealova pangkalpinang, dan remaja Ayam kampus yang mulai marak di tambah lagi foto-foto syur remaja SMP jebus, ini menunjukkan bahwa pepatah itu menujukkan kebenarannya.
Kerja team yang terdiri dari orang tua (sebagai guru dirumah), Guru di sekolah, dan Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para remaja bermain dan belajar) harus di bentuk. diawali dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan yang intensif antara keduanya akan saling memberikan informasi yang sangat mendukung bagi pendidikan para remaja. Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan menganggap para remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja.
terlihat betapa peran orang tua sangat memegang peranan penting dalam membentuk pola perilaku para remaja, setelah semua informasi tentang pertumbuhan anaknya di dapat, orang tuapun harus pandai mengelola informasi itu dengan benar.
Terlepas dari baik buruknya seorang guru nampaknya filosofi seorang guru dapat dijadikan pegangan bagi kita semua terutama bagi para orang tua untuk menangkal kenakalan remaja, mari kita bersama-sama untuk menjadi guru bagi anak-anak dan para remaja kita para remaja belia, dengan selalu memberi contoh kebenaran dan memberi dorongan untuk berbuat kebenaran. Sang guru bagi para remaja adalah Orang tua, guru sekolah dan lingkungan tempat ia di besarkan. Seandainya sang guru dapat memberi teladan yang baik mudah-mudahan generasi remaja kita akan ada di jalan yang benar dan selamat dari budaya "kenakalan remaja" yang merusak kehidupan dan masa depan para remaja, semoga.
Selasa, 03 Juli 2012
waktu?
oh.....tidak aq tidak mau kedua hal itu terjadi pada ku ya rob....
di saat aq mengendalikan waktu maka aku akan menjadi seorang yang yang sombong dan meremehkan orang lain. dan sombong adalah sifatnya allah dan aq hanya seorang hamba,jdi takpantas kiranya jika aq menyombongkan diri.
dan disaat aku dikendalikan waktu maka aku akan menjadi seorang yang terburu-buru dalam segala hal dan mendapatkan hasil yang tidak optimal dan akan selalu menyalahkan orang lain.
ya allah ya rob,,,,,,,jauhkan hamba dari sifat itu.
by: ahmad febriansyah
Jika hari ini saya wafat. {ih serem,aq masih belum siap ya ALLAH}
Kalau bukan hari ini, mungkin besok. Tapi datangnya sudah pasti...benarkah hari ini?" saya terus bertanya-tanya selepas subuh tadi, dan terus bertanya ketika di perjalanan hingga tiba di kantor. Tapi jika memang betul waktunya tiba hari ini, jika saat yang tak pernah benar-benar dinanti oleh siapa pun itu menjumpai saya hari ini, sungguh celakalah saya.
Semalam saya tak terjaga untuk menangis sejadinya atas semua kekhilafan dan memohonkan ampun kepada-Nya. Padahal saya sungguh sadar Dia selalu menunggu kapan pun saya mau menganaksembahkan semua sesal sepanjang hidup. Saya terlalu sering lupa berlutut serendah-rendahnya di hadapan-Nya, padahal saya sadar Dia senantiasa menghulurkan tangan-Nya untuk hamba yang nista ini.
Kemarin saya masih berselisih lidah dengan teman sekantor dan belum sempat meminta maaf, sebelumnya saya sempat berpandangan tak ramah dengan tetangga, juga belum sempat memperbaikinya. Saya juga belum sempat menelepon seorang kerabat yang kemarin seharian menunggu kehadiran keluarga saya. Mungkin ia telah menyiapkan penganan kecil yang tak boleh disentuh anak-anaknya sebelum kami datang. Saya dan keluarga tak datang tanpa kabar, sementara kering sudah air mata anak-anak kerabat saya berharap kue yang tak tersentuh hingga pagi.
Semalam saya terlalu ego dengan rasa lelah saya, bekerja keras seharian di kantor membuat badan terasa berat hingga tiba di rumah langsung merebahkan diri. Tak lagi saya pedulikan wajah-wajah kecil yang sejak sore menunggu kepulangan saya berharap laki-laki besar ini menemani mereka bermain atau melihat bintang. Saya tetap terlelap lelah meski tangan-tangan kecil mereka menarik-narik lengan saya agar bangun. Padahal pinta mereka cuma satu; dongeng pengantar tidur seperti malam-malam sebelumnya.
Saya juga masih merasa bersalah semalam melewatkan komunikasi dengan isteri. Bisa jadi sejak siang ia menunggu saat malam untuk bisa mencurahkan semua beban dan membaginya kepada saya. Tapi saat yang dinanti tiba, saya justru terlelap dan sudah pasti ia tak ingin mengganggu saya. Pagi harinya, hanya kata maaf untuk semalam. Namun saya belum memastikan keikhlasannya.
Duhai Allah, saya tak ingin meninggalkan beban untuk isteri dan anak-anak berupa dering telepon dari orang-orang yang menagih pinjaman sepeninggal saya. Sungguh, malam ini saya masih ingin melihat senyum-senyum kecil bidadari di rumah saat saya berdongeng putri bergaun merah muda dengan kereta kencana. Terlihat bening matanya menerawang seolah merekalah sang puteri nan cantik itu. Setidaknya, saya tak ingin meninggalkan isteri saya dengan segunung gundah yang belum tertumpahkan sejak kemarin malam, mungkinkah bisa saya tuntaskan malam ini?
Duhai Sesembahanku, tak perlu saya ragukan bahwa Engkau teramat tahu begitu banyak hal dan persoalan yang kan kuadukan malam ini. Engkau pun pasti bias melihat seberapa banyak air mata yang siap tumpah di penghujung malam di atas hamparan sajadah. Dapat juga Kau duga betapa ingin saya curahkan selangit syukur atas semua nikmat-Mu, atas semua kedip mata yang tak sanggup terhitung, atas setiap tarikan dan hembusan nafas yang tak mungkin terbilang.
Duhai yang Maha Pengasih dan Penyayang begitu banyak kasih dan sayangmu Engkau berikan, tetapi masih saja aku merasa tidak Engkau pedulikan, aku masih picik menghitung-hitung ibadah yang telah aku lakukan untuk Mu aku masih berharap dengan sholatku yang selalu diakhir waktu Engkau masih mau mengabulkan doaku yang meminta rejeki yang berlimpah, meminta bahagia di Dunia dan berharap surga Mu.
Duhai Allah yang menggenggam jiwa-jiwa kami, betapa nistanya aku beribadah kepada Mu tetapi aku tidak mengenal Mu lalai dalam mengingat Mu, lupa untuk selalu bertafakur atas segala kebesaran Mu, kami masih tergiur dengan kenikmatan dunia yang hanya sesaat, kami masih takut untuk meninggalkan dunia fana ini padahal kami tau bahwa Engkau dan kampung akhirat adalah sebaik-baik tempat ruh ini kembali.
Jika hari ini saya mati, setidaknya Engkau tahu betapa ingin saya melakukan itu semua. Semoga belum terlambat.
hukum seorang lelaki memandang seorang cwek
Allah menciptakan seluruh makhluk hidup berpasang-pasangan, bahkan menciptakan alam semesta ini pun berpasang-pasangan. Sebagaimana firman-Nya: “Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasang-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS Yasin: 36)
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.” (QS Adz-Dzaariyat: 49)
Berdasarkan sunnah kauniyah (ketetapan Allah) yang umum ini, manusia diciptakan berpasang-pasangan, terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan, sehingga kehidupan manusia dapat berlangsung dan berkembang. Begitu pula dijadikan daya tarik antara satu jenis dengan jenis lain, sebagai fitrah Allah untuk manusia.
Setelah menciptakan Adam, Allah menciptakan (dari dan untuk Adam) seorang istri supaya ia merasa tenang hidup dengannya, begitu pula si istri merasa tenang hidup bersamanya. Sebab secara hukum fitrah, tidak mungkin ia (Adam) dapat merasa bahagia jika hanya seorang diri, walaupun dalam surga ia dapat makan minum secara leluasa.
Seperti telah saya singgung di muka bahwa taklif ilahi (tugas dari Allah) yang pertama adalah ditujukan kepada kedua orang ini sekaligus secara bersama-sama, yakni Adam dan istrinya: “… Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Al-Baqarah: 35)
Karena itu, tidaklah dapat dibayangkan seorang laki-laki akan hidup sendirian, jauh dari perempuan, tidak melihat perempuan dan perempuan tidak melihatnya, kecuali jika sudah keluar dari keseimbangan fitrah dan menjauhi kehidupan—sebagaimana cara hidup kependetaan yang dibikin-bikin kaum Nasrani.
Tidak dapat dibayangkan bagaimana wanita akan hidup sendirian dengan menjauhi laki-laki. Bukankah kehidupan itu dapat tegak dengan adanya tolong-menolong dan bantu-membantu antara kedua jenis manusia ini dalam urusan-urusan dunia dan akhirat?
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain…” (QS At-Taubah: 71)
Hakikat lain yang wajib diingat di sini—berkenaan dengan kebutuhan timbal balik antara laki-laki dengan perempuan—bahwa Allah SWT telah menanamkan dalam fitrah masing-masing dari kedua jenis manusia ini rasa ketertarikan terhadap lawan jenisnya dan kecenderungan syahwati yang instinktif. Dengan adanya fitrah ketertarikan ini, terjadilah pertemuan (perkawinan) dan reproduksi, sehingga terpeliharalah kelangsungan hidup manusia dan planet bumi ini.
Dalam kaitan ini, baiklah kita bahas antara hukum memandang laki-laki terhadap perempuan. Kami menguatkan pendapat jumhur ulama yang menafsirkan firman Allah: “…Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak daripadanya…” (QS An-Nur: 31 )
Menurut jumhur ulama, perhiasan yang biasa tampak itu ialah “wajah dan telapak tangan.” Dengan demikian, wanita boleh menampakkan wajahnya dan kedua telapak tangannya, bahkan (menurut pendapat Abu Hanifah dan Al-Muzni) kedua kakinya.
Apabila wanita boleh menampakkan bagian tubuhnya ini (muka dan tangan/kakinya), maka bolehkah laki-laki melihat kepadanya ataukah tidak?
Pandangan pertama (secara tiba-tiba) adalah tidak dapat dihindari sehingga dapat dihukumi sebagai darurat. Adapun pandangan berikutnya (kedua) diperselisihkan hukumnya oleh para ulama.
Yang dilarang dengan tidak ada keraguan lagi ialah melihat dengan menikmati (taladzdzudz) dan bersyahwat, karena ini merupakan pintu bahaya dan penyulut api. Oleh sebab itu, ada ungkapanmerupakan pengantar perzinaan”.
Dan bagus sekali apa yang dikatakan oleh Syauki ihwal memandang yang dilarang ini, “Memandang (berpandangan) lalu tersenyum, lantas mengucapkan salam, lalu bercakap-cakap, kemudian berjanji, akhirnya bertemu.”
Adapun melihat perhiasan (bagian tubuh) yang tidak biasa tampak, seperti rambut, leher, punggung, betis, lengan (bahu), dan sebagainya, tidak diperbolehkan bagi selain mahram, menurut ijma. Ada dua kaidah yang menjadi acuan masalah ini beserta masalah-masalah yang berhubungan dengannya.
Pertama, bahwa sesuatu yang dilarang itu diperbolehkan ketika darurat atau ketika dalam kondisi membutuhkan, seperti kebutuhan berobat, melahirkan, dan sebagainya. Demikian pula pembuktian tindak pidana, dan lain-lainnya yang diperlukan dan menjadi keharusan, baik untuk perseorangan maupun masyarakat.
Kedua, bahwa apa yang diperbolehkan itu menjadi terlarang apabila dikhawatirkan terjadinya fitnah, baik kekhawatiran itu terhadap laki-laki maupun perempuan. Dan hal ini apabila terdapat petunjuk petunjuk yang jelas, tidak sekadar perasaan dan khayalan sebagian orang-orang yang takut dan ragu-ragu terhadap setiap orang dan setiap persoalan.
Oleh karena itu, Nabi SAW pernah memalingkan muka anak pamannya yang bernama Fadhl bin Abbas, agar tidak melihat wanita Khats’amiyah pada waktu haji, ketika beliau melihat Fadhl berlama-lama memandang wanita itu. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Fadhl bertanya kepada Rasulullah SAW, “Mengapa engkau palingkan muka anak pamanmu?”
Beliau menjawab, “Aku melihat seorang pemuda dan seorang pemudi, maka aku tidak merasa aman akan gangguan setan terhadap mereka.”
Kekhawatiran akan terjadinya fitnah itu kembali kepada hati nurani si Muslim, yang wajib mendengar dan menerima fatwa, baik dari hati nuraninya sendiri maupun orang lain. Artinya, fitnah itu tidak dikhawatirkan terjadi jika hati dalam kondisi sehat, tidak dikotori syahwat, tidak dirusak syubhat (kesamaran), dan tidak menjadi sarang pikiran-pikiran yang menyimpang.
Jadi, memandang itu hukumnya boleh dengan syarat jika tidak dibarengi dengan upaya “menikmati” dan bersyahwat. Jika dengan menikmati dan bersyahwat, maka hukumnya haram. Karena itu, Allah menyuruh kaum mukminah menundukkan sebagian pandangannya sebagaimana Dia menyuruh laki-laki menundukkan sebagian pandangannya.
Allah SWT berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pendangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.” (QS An-Nur: 30-31)
(RoL)
Sumber: Fatwa-Fatwa Kontemporer, Yusuf Qaradhawi
Minggu, 24 Juni 2012
Gaya Sentrifugal
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Benda yang bergerak
melingkar pasti memiliki gaya sentrifugal yang
arahnya selalu mengarah keluar dari pusat, mengimbangi gaya sentripetal yang mengarah ke pusat. Gaya sentrifugal dapat berupa fungsi
massa, kecepatan anguler dan juga jari-jari putaran. Oleh karena itu diadakan
percobaan untuk mengukur gaya sentrifugal, agar lebih memahami tentang gaya
sentrifugal ini.
1.2 Tujuan percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengukur gaya sentrifugal Fr sebagai fungsi massa (m), kecepatan anguler (w), dan jari-jari putaran (R).
1.3 Permasalahan
Permasalahan yang mungkin timbul dalam percobaan ini
terutama adalah menentukan letak sinar dengan tepat, mengingat sinar, tidak
berhenti dan ruangan dalam keadaan gelap, maka sulit untuk menentukan dengan
tepat.
1.4 Sistimatika laporan
Laporan ini dimulai dengan abstrak, kemudian dilanjutkan
dengan daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar grafik. Bab I berisi
tentang pendahuluan, yaitu latar belakang, tujuan percobaan, permasalahan dan
sistimatika laporan. Bab II adalah dasar teori, sedangkan Bab III adalah
tentang peralatan dan cara kerja. Analisis data dan pembahasan diletakkan pada
Bab III, sedangkan kesimpulan pada Bab IV. Terakhir adalah daftar pustaka dan
kesimpulan.
BAB II
DASAR TEORI
Gerak melingkar adalah gerak benda
yang memiliki lintasan lingkaran. Gerak melingkar
dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Gerak melingkar beraturan ( GMB )
2. Gerak melingkar berubah beraturan ( GMBB )
Gerak melingkar dengan waktu perulangan berubah
Pada gerak
melingkar terdapat dua buah besaran :
1.
Kecepatan
linier ( v ) dalam m / s
Besar kecepatan ( laju ) linier adalah
sebagai hasil bagi panjang lintasan linier yang ditempuh dengan selang waktu
tempuhnya.
2.
Kecepatan sudut ( w ) dalam rad / s
Besar kecepatan sudut adalah
sebagai hasil bagi sudut pusat yang ditempuh dengan selang waktu tempuhnya.
Hubungan antara T dengan f adalah :
T = I / f
Dengan T dalam
detik dan f dalam hertz
·
Periode
( T ) = selang waktu yang diperlukan
oleh suatu benda untuk menempuh satu putaran
·
Frekuensi
( f ) = banyaknya putaran yang dapat
dilakukan oleh suatu benda dalam selang waktu satu detik
Hubungan laju linier dengan kecepatan sudut
Bila
selang waktu untuk menempuh satu putaran sama dengan satu periode (T), maka
berlaku :

T

T
V = w . R
dengan R = jari – jari lingkaran
Pada benda
yang bergerak melingkar beraturan, besar kecepatan adalah tetap, tetapi arahnya
berrubah dari saat ke saat, yang berarti vektor kecepatan berubah atau ada
percepatan.
![]() |
Gambar
1.1
Pada gerak melingkar dengan
jari-jari R dari p ke p’, arah kecepatan di p dan p’ seperti pada gambar 1.1.
Dari gambar tersebut terlihat adanya perubahan kecepatan
D`V=`V’ –`V1
Jika O kecil sekali
maka tali busur PP’ dapat dianggap sama dengan busurnya, sehingga dapat ditulis
:
PP’ = V . Dt
Dapat juga dilihat
bahwa OPP’ sebangun dengan P’BA, yang berarti :



V R
R


Dt = R
Karena definisi
kecepatan sesaat adalah :

Dt®0 Dt
maka persamaan di
atas menjadi :

R
Ini adalah
percepatan yang ada setiap kali benda bergerak melingkar, dan biasa disebut
sebagai percepatan normal atau radial, atau tepatnya sentripetal yang besarnya
sama dengan sentrifugal. Karena radial menuju ke pusat lingkaran, sehingga
dapat pula dituliskan :

R
Jika
dinyatakan dalam besaran-besaran angular atau sudut, yaitu kecepatan sudut (w) dan
percepatan sudut (a),
maka hubungan antara besaran linier dan anguler:
ds = R . dq
Karena kecepatan
linear :


dt
dt
dan didefinisikan
kecepatan sudut (w)
:


D®0 Dt dt
maka :
V = w . R
sehingga didapat
pula percepatan radialnya :

R
Pada
benda yang melingkar dipercepat, perubahan yang terjadi tidak hanya pada arah
namun juga besar kecepatannya. Pada gambar 2.1, benda yang bergerak dengan
lintasan lengkung vektor kecepatannya akan mengalami perubahan hingga timbul a
= D
V / D
t ¹
0. Benda bergerak melingkar dari titk 1 ke titik 2 mengalami perubahan
kecepatan:
V = V2 – V1
sedangkan
V = Vt + Vr.
dimana : Vt = komponen
kecepatan tangensial
Vr
= komponen kecepatan normal atau radial
![]() |
Gambar 2.1
sehingga percepatan
tangensial :


t dt
dan percepatan
radial :


Dt®0 Dt R
Karena :
ar = V2 / R, dan V = w R
maka :
ar = w2 R
Jika benda bermassa
m, maka gaya radial/sentrifugalnya ;
Fr = m . ar
= m V2/R = m . w2
. R
Massa
m digerakkan dengan kelajuan konstan V sehingga lintasannya melingkar, maka
massa akan mengalami gaya sentrifugal Fr = m . V2 / R. Bila massa
dengan bidang tidak terdapat gesekan maka tegangan tali adalah m . V2
/ R. Dalam percobaan kecepatan sudut w diperoleh dengan jalan
mengamati putaran untuk selang waktu tertentu.
Defleksi
D
diamati pada skala yang berjarak 2 m (mistar dengan cermin). Harga D akan
berubah jika R, m dan dan w berubah. Defleksi ini disebabkan karena adanya gaya
sentrifugal dimana relasi Fr dengan D dapat dinyatakan dalam bentuk grafik.
BAB III
PERALATAN DAN CARA KERJA
3.1 Peralatan
Untuk
percobaan ini dibutuhkan peralatan:
1. Peralatan gaya sentrifugal 1 set.
2. Lampu 1 buah
3. Lensa kondensor
4. Stop clock 1 buah
5. Beban dan kawat 2 buah
3.2 Cara kerja
1.
Memastikan bahwa peralatan sudah tersusun dengan benar
2.
Memulai dengan kecepatan rendah dan mencari harganya
dengan mencatat waktu untuk 10 putaran.
3.
Menimbang kawat dan beban yang digunakan
4.
Mengukur jari-jari putar R dan jarak cermin ke mistar r
5.
Mengamati posisi sinar pada mistar tanpa menggunakan
beban, dan menentukan harga w1
6.
Menggunakan m1, jari-jari putar R1
dan w1
lalu mencatat simpangan D pada mistar. Ini dilakukan 5 kali.
7.
Melakukan hal yang sama untuk beban m2
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis
data
Ralat pengukuran
Dari hasil pengukuran yang berulang, didapatkan besar gaya
yang berbeda. Oleh karena itu perlu adanya ralat kebetulan.
Ralat t, pada
percobaan tanpa beban
No.
|
t (detik)
|
_
t - t
|
_
( t - t )2
|
1.
|
60.14
|
0.44
|
0.1936
|
2.
|
59.94
|
0.24
|
0.0576
|
3.
|
58.82
|
-0.88
|
0.7744
|
4.
|
59.83
|
0.13
|
0.0169
|
5.
|
59.77
|
0.07
|
0.0049
|
_
t = 59.7
|
_
S ( t - t )
2 = 1.0474
|
Tabel 1.1
Ralat
mutlak:


å (D F - D F) 2 1/2

n ( n - 1)



20

Ralat nisbi: I = D / t x 100
%

59.7
= 0.34 %
Keseksamaan: K
= 100 % - I
= 100 % - 0.34 %
K = 99.66 %
Ralat t pada percobaan dengan
dengan beban 15 gr
No.
|
t (detik)
|
_
t - t
|
_
( t - t )2
|
1.
|
50.88
|
0.038
|
0.001444
|
2.
|
50.85
|
0.008
|
0.000064
|
3.
|
50.63
|
-0.212
|
0.044944
|
4.
|
51.07
|
0.228
|
0.051984
|
5.
|
50.78
|
-0.062
|
0.003844
|
_
t = 50.842
|
_
S ( t - t )
2 = 0.10228
|
Tabel 1.2
Ralat mutlak:
_



n ( n - 1)



20


= 0.005114
= 0.07
![]() |
Ralat nisbi: I = D / t x 100 %

50.842
= 0.14 %
Keseksamaan: K
= 100 % - I
= 100 % - 0.14 %
K
= 99.86 %
Ralat t pada percobaan dengan
dengan beban 25 gr.
No.
|
t (detik)
|
_
t - t
|
_
( t - t )2
|
1.
|
51.25
|
0.3268
|
0.106798
|
2.
|
49.97
|
-0.9532
|
0.90859
|
3.
|
51.21
|
0.2868
|
0.082254
|
4.
|
51.006
|
0.0828
|
0.006856
|
5.
|
51.18
|
0.2568
|
0.065946
|
_
t = 50.9232
|
_
S ( t - t )
2 = 1.170445
|
Tabel 1.3
Ralat mutlak:
_



n
( n - 1)



20


= 0.058522
= 0.2
![]() |
Ralat nisbi: I = D / t x 100 %

50.9232
= 0.39 %
Keseksamaan: K
= 100 % - I
= 100 % - 0.39 %
K
= 99.61 %
Besar Fr dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :
Fr
= m . ar
Sedangkan ar diperoleh dari :
ar = w2
. R
dimana
w = 2 p f
sehingga
Fr = m . w2 . R
Ø
Fr untuk percobaan dengan beban 0,015 kg
w = 2 . p . 10/50,842
Fr = 0,015 . (1,235)2 . 0,12
= 0,002746
N
= 274,6
dyne
Ø
Fr untuk percobaan dengan beban 0,025 kg
w = 2 . p . 10/50,9232
Fr = 0,025 . (1,233)2 . 0,12
= 0,002738
N
= 273,8
dyne
![]() |
Dari data Fr dan D dapat dibuat grafik.
Grafik 1.1
4.2
Pembahasan
Pada percobaan untuk menentukan D
didapatkan hasil yang (-), yang berarti bayangan sinar turun. Padahal
seharusnya bayangan tersebut naik, karena tertarik beban sehingga cermin
terangkat. Hal ini disebabkan karena pada saat melakukan percobaan terjadi
kesalahan.
Pada percobaan ini pada saat
pengukuran, putaran dihentikan, sehingga tidak ada gaya yang terjadi dan
pantulan sinar turun. Seharusnya putaran tidak boleh berhenti, hingga gaya yang
terjadi mengangkat beban dan menarik cermin sehingga sinar yang dipantulkan
naik.
Hubungan antara Fr dengan w
adalah Fr = m . ar, dimana ar = w2 . R sehingga
Fr = m . w2
. R. Hubungan inilah yang kemudian digunakan untuk mencari besar Fr dalam
percobaan ini.
BAB V
KESIMPULAN
Dari berbagai kegiatan yang kami lakukan dalam
melaksanakan percobaan ini, kami dapat menyimpulkan beberapa masalah, antara
lain:
·
Gaya sentrifugal merupakan bagian dari gerak
melingkar
·
Gaya sentrifugal dipengaruhi oleh besar massa,
kecepatan anguler dan jari – jari putaran
·
Gaya sentrifugal dapat dinyatakan dalam
persamaan frekuensi atau dalam periode, apabila kecepatan angulernya dinyatakan
dalam frekuensi atauu periode.
· Besar gaya sentrifugal pada percobaan dengan beban 15
gr adalah 222,3 dyne
· Besar gaya sentrifugal pada percobaan dengan beban 25
gr adalah 221,9 dyne
ABSTRAK
Banyak kejadian sehari-hari
yang melibatkan perputaran benda yang berbentuk melingkar. Gerakan melingkar
akan membangkitkan percepatan sentrifugal yang mengarah keluar dari pusat
lintasan yang diimbangi gaya sentripetal yang mengarah ke pusat lintasan. Dari
percepatan ini, yang dengan massa benda, kemudian menimbulkan gaya sentrifugal.
Dalam percobaan ini kita mencoba menentukan gaya sentrifugal.
Gaya sentrifugal tidak
terlepas dari penerapan hukum Newton dalam peristiwa dinamika, maka dengan
praktikum ini gaya sentrifugal dapat diperjelas dalam pemahamannya.
DAFTAR ISI
1.
Abstrak ............................................................................................ (
i )
2.
Daftar isi ...................................................................................... (
ii )
3.
Daftar gambar ................................................................................
(
iii )
4.
Daftar tabel ..................................................................................... (
iv )
5.
BAB I Pendahuluan .....................................................................
1
1.1
Latar belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan
percobaan ................................................................... 1
1.3 Permasalahan ......................................................................... 1 1.4 Sistimatika laporan .................................................................. 1
7. BAB II
Dasar Teori ................................................................... 2
8. BAB III
Peralatan dan cara kerja ..................................................... 6
3.1 Peralatan ................................................................................. 6
3.2 Cara
kerja ............................................................................... 6
9. BAB IV
Analisis data dan pembahasan ........................................... 7
4.1 Analisis
data ............................................................................ 7
4.2 Pembahasan ............................................................................ 11
10. BAB V
Kesimpulan ...................................................................... 17
11. Daftar Pustaka .............................................................................. (
v )
12. Lampiran
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar
gerak melingkar beraturan
Gambar 1.1 ......................................................................................... 3
2. Gambar gerak melingkar dipercepat
Gambar 1.1 ......................................................................................... 4
DAFTAR TABEL
1.
Tabel ralat , pada percobaan tanpa beban
Tabel
1.1 .............................................................................................. 7
2.
Tabel ralat t pada percobaan dengan dengan beban 15 gr
Tabel 1.2 .............................................................................................. 8
3.
Tabel ralat t pada percobaan dengan dengan beban 25 gr
Tabel 1.3 .............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
1. Dosen - dosen
Fisika, Fisika I, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 1998.
2. Sears. Zemansky,
Fisika Untuk Universitas 1, Yayasan Dana Buku Indonesia, Jakarta-New York, 1994.
3. Dosen - dosen
Fisika, Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 1998.
Langganan:
Postingan (Atom)